Dok. Blanka/KOMSOS
Dok. Blanka/KOMSOS

Pada Minggu (27/12/2015) silam, sebuah tempat wisata di kawasan Ciawi Bogor sudah ramai sejak pagi. Keramaian tersebut bukan karena padatnya wisatawan yang ingin berlibur melainkan ramainya peserta Pesta Perayaan Keluarga Kudus Nazareth. Mulai tahun 2015, Komisi Keluarga Keuskupan Bogor akan menjadikan Hari Pesta Keluarga Kudus sebagai agenda tahunan dan akan dirayakan setahun sekali.

Sejak pagi para peserta sudah mulai memasuki ruangan dan menukarkan kartu undangan dengan sekotak makanan ringan. Sedangkan potongan kartu undangan disimpan karena akan ada doorprize di penghujung acara. Perayaan Pesta Keluarga Kudus di Keuskupan Bogor ini diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin secara konselebrasi oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur, Romo Vikjen Keuskupan Bogor, RD Alfonsus Sutarno (Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Bogor), RD. Markus Lukas, dan seorang pastor lagi. Misa tersebut disemarakkan oleh paduan suara dari Sekolah Regina Pacis Bogor. Pagi itu ditampilkan alat musik kolintang. Ternyata asyik juga misa dengan iringan musik kolintang.

Usai perayaan ekaristi ada penampilan persembahan kreasi seni dari masing-masing perwakilan paroki yang hadir. Paroki St Joannes Baptista Parung mempersembahkan Parodi Opera Van Parung. Kreasi seni ini dipersembahkan oleh anggota keluara WKRI Lingkungan St. Philipus. Kisahnya tentang seorang pemuda dari Suku Jawa yang lugu bernama Gundul Pacul. Dikisahkan Gundul Pacul mempunyai keinginan untuk segera menikah tetapi hanya akan menikah dengan Suku Jawa saja. Sudah banyak gadis yang berusaha mendekati bahkan ada yang berani merayu tapi sia-sia karena Gundul Pacul hanya akan mencari gadis Jawa.

Karena tak kunjung didapatkan sang pujaan hati, akhirnya galaulah Gundul Pacul. Kemudian muncullah seorang gadis Sunda yang kebetulan memakai cadar. Setelah menatap gadis Sunda tersebut, Gundul Pacul langsung semangat dan mendekatinya dengan berbagai cara. Pada mulanya si Gadis Sunda pura-pura jinak-jinak merpati lari menghindar. Tapi kemudian Gadis Sunda itu balik mengejar Gundul Pacul sehingga Gundul Pacul jadi takut. Saking takutnya, Gundul Pacul lari turun panggung karena melihat keganjilan gadis Sunda. Setelah lelah berkejar-kejaran, puncaknya pada saat dinyanyikan syair lagu Panon Hideung, gadis Sunda membuang atribut rambut gimbal dan cadarnya. Ternyata yang jadi gadis Sunda adalah Pakde Steph hahaha… Penonton tertawa terbahak-bahak.

Parodi ditutup dengan nyanyian kebangsaan Keuskupan Bogor “Ut Omnes Unum Sint– Jadilah Mereka Satu”. RD Alfonsus Sutarno dan seorang suster didaulat untuk naik panggung dan menyanyikan lagu tersebut. Acara Pesta Keluarga Kudus itu juga dimeriahkan dua seniman kondang dari Yogyakarta, yaitu Didi Nini Towok dan Hudson, penyanyi dua muka. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan pembagian doorprize.* (Stephanus/St. Sesilia)

By Admin