img-20170821-wa0009Usia paroki bertambah, [berarti] bertambah pula kedewasaan umat di Paroki St Joannes Baptista Parung di usianya yang menginjak tahun ke-17. Bukan jangka waktu yang singkat, mengingat bahwa gereja kita sedang ‘merintis’ untuk menjadi gereja yang resmi diakui oleh pemerintah: yang punya bangunan permanen yang bisa dibanggakan, yang menaungi seluruh kegiatan dengan rasa aman dan tenang. Umat sejenak melupakan penatnya merintis usaha mewujudkan mimpi indah mereka tersebut. Yang ada hanya rasa bersyukur atas anugerah terindah dari Tuhan bahwa kita masih diberi ujian lebih lama lagi yang semakin mendewasakan. Waktu-Nya dan bukan waktu kita. “Semua akan indah pada waktu-Nya”. Umat di Paroki Parung sangat percaya kutipan indah itu. Buktinya, pada Minggu (24/9) yang lalu, telah berlangsung acara puncak perayaan HUT ke-17 Paroki St. Joannes Baptista Parung merintis jalan Tuhan. Paroki ini dinamakan Santo Joannes Baptista bukan tanpa alasan. Beliaulah Sang Perintis Jalan Tuhan Yesus, yang kita coba untuk teladani. Semangatnya turut membakar semangat umat Paroki Parung dalam menyiapkan jalan bagi Tuhan. “Parate Viam Domini”.

[Baca juga: Selayang Pandang HUT ke-17 Paroki St. Joannes Baptista]

Hanya selang dua minggu sebelum pelaksanaan puncak acara, DPP mengumpulkan para Ketua Lingkungan (Keling). Tujuannya adalah untuk menggalang masukan acara guna memeriahkan HUT Paroki tentang jumlah dan jenis lomba apa saja yang akan dipertandingkan di waktu yang relatif sempit itu. Setelah berdiskusi plus dan minus, penambahan dan pengurangan jumlah lomba, akhirnya disepakati lomba-lomba yang akan diadakan, yaitu Cerdas Cermat Alkitab, Baca Kitab Suci, Futsal, Voli, Remi, Vocal Group, dan Lomba Pangan Sehat.

Awalnya para Keling berkeberatan dengan banyaknya jumlah lomba dan mepetnya waktu untuk mempersiapkan lomba-lomba tersebut. Tapi Tyas Utomo, Wakil Ketua DPP, berhasil meyakinkan para Keling bahwa acara akan terlaksana, asal didukung oleh para Keling.

img-20170917-wa0022Tak terkira peningnya kepala para Keling dalam mencari calon peserta lomba, perburuan peserta yang memenuhi masing-masing kriteria lomba. Terkadang Keling harus berbagi tugas dengan seluruh pengurus lingkungan untuk sekadar memilih peserta dan mobilisasi warga. Bukan hal yang mudah. Diperlukan usaha dan dana yang luar biasa dari lingkungan dan warga. Banyak donatur dadakan juga yang ikut menyumbangkan milik mereka demi partisipasi lingkungan mereka. Di lain pihak, geliat Bulan Kitab Suci Nasional 2017 (BKSN) yang sedang bergulir juga menuntut perhatian untuk disukseskan. Alhasil, dobel pening jadinya. Padahal jumlah umat yang mau terlibat dan melibatkan diri dengan kegiatan gereja sangat terbatas dibanding jumlah keseluruhan sehingga banyak lingkungan harus memutar otak agar dapat menyukseskan kedua acara itu.

Kombinasi perjuangan para peserta yang militan, kerelaan berkorban waktu dan tenaga dalam berlomba adalah hal tersembunyi dibalik kemenangan para juara. Umat mengorbankan segala apa yang mereka bisa. Sampailah hingga para pemenang untuk masing-masing lomba didapat. Puncaknya menghadiahi mereka dengan tampil di acara Panggung Gembira dan pembagian hadiah untuk masing-masing juara lomba. Selain itu, ada acara tari budaya, tari modern, serta operet yang disumbangkan oleh masing-masing lingkungan.

Meski awalnya acara agak tersendat karena rangkaian acara yang sudah diurutkan sejak gladi resik sehari sebelumnya di laptop mendadak ngadat dan membuat ketar-ketir panitia, terutama di bagian penanggung jawab acara, perayaan yang diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Romo Gaib itu dapat terlaksana. Hari itu, semua umat larut dalam kegembiraan dan sejenak “mengisi baterai semangat” untuk merintis jalan Tuhan * (Dwiyono/ Lingk. St. Philipus)

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *