Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, kerena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala……..(Mrk 6 : 34)
Dalam bacaan pertama, Tuhan mengutuk para gembala Israel yang tidak bertanggung jawab, “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan dan terserak!” Maka Allah akan memecat mereka, dan Ia sendiri akan turun tangan, “Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri. Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka.” Bahkan dinubuatkan bahwa Allah akan “menumbuhkan Tunas Adil yang akan memerintah sebagai raja yang bijaksana, dan akan melakukan keadilan serta kebenaran di negeri”.
Umat yang terlantar seperti pada zaman Yeremia juga digambarkan dalam Injil, jumlah orang yang amat banyak itu seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Tuhan Yesus yang sesungguhnya sudah menyingkir untuk beristirahat tidak menolak orang banyak itu yang tetap mencarinya. Justru tergerak hati-Nya untuk menyelamatkan mereka. Tuhan Yesus inilah sosok gembala sejati yang dinubuatkan Yeremia, Sang Tunas Adil. Dia adalah guru bagi umat-Nya yang tekun menyuapi mereka dengan santapan sabda-Nya, dan yang bertindak sebagai gembala bagi mereka.
Pada zaman sekarang pun masih banyak umat yang terlantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Mereka mencari ke mana-mana sehingga banyak juga yang tersesat dan menyimpang bahkan dengan langkah pasti meninggalkan imannya. Inilah kenyataan yang menggerakkan hati untuk peduli terhadap sesama, yang mencari Allah namun tidak mengerti jalannya. Hal ini bisa saja terjadi oleh karena jumlah gembala yang terlalu sedikit atau karena para gembala sibuk mengurusi hal-hal lain di luar tugas penggembalaannya.
Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita dipanggil untuk meneladani-Nya. Dalam hal ini kita dipanggil dan diutus untuk menolong orang lain di setiap waktu. Kita diminta untuk memiliki hati seperti hati Yesus yang penuh belas kasihan. Dengan demikian kita dimampukan untuk melupakan diri sendiri dan mejadi penyalur kasih Allah dan penyelematan-Nya kepada orang lain disekitar kita.*