“ORANG MUDA KATOLIK
PENUNJANG KELUARGA BERWAWASAN EKOLOGIS”
Saudara-saudariku, Umat Keuskupan Bogor di manapun kalian berada!
Berkat Tuhan berlimpah merahmati hidupmu.
Kini kita memulai masa Retret Agung dalam kehidupan beriman kita yakni Masa Prapaskah. Masa ini dimulai pada Hari Rabu Abu dan akan berakhir pada hari ]umat Agung, 14 April 2017. Pada masa ini, seruan-seruan berikut ini menjadi relevan dan aktual untuk diwartakan dan dipraktekkan.
“Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik” (Ibr 70:24)”. Seruan ini berisi ajakan agar kita memberi makna yang kasat mata, dapat dirasakan, arti pertobatan, yang menjadi berita utama masa Prapaskah: “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” (Bdk Mrk 1:15). Seruan lain yang tak kalah penting dan bercorak kemendesakan untuk dilaksanakan ialah berkenaan dengan gerakan berpuasa yang dikehendaki Allah. “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri” (Yes 58:3-8).
Saudara-saudariku terkasih!
Seruan-seruan di atas mestinya menjiwai perwujudan sasaran dari gerakan pertobatan kita. Gerakan pertobatan itu adalah gerakan solidaritas yang lazim disebut Aksi Puasa Pembangunan (APP). Karena itu hasil yang paling dinantikan dari Gerakan APP adalah gerakan aktualisasi iman Kristiani dalam bentuk perubahan dan pembaharuan diri kita yang semakin sesuai dengan citra diri kita sebagai citra Allah.
APP tahun 2017 ini mempunyai sasaran strategis, yakni [1] Orang Muda Katolik; (2) Keluarga Berwawasan Ekologis. Maka tema APP 2017: “Orang Muda Katolik Penunjang Keluarga Berwawasan Ekologis”.
Hai Orang Muda Katolik: Berpuasalah menurut kehendak Allah!
Gereja Keuskupan Bogor menghargai OMK sebagai anugerah Allah yang diikutsertakan dalam membangun Kerajaan Allah. Peran dan keberadaan Orang Muda Katolik disadari sebagai penyumbang sisi kesegaran (fresh faces) dalam hidup menggereia. Generasi muda adalah generasi yang memberi harapan bagi Gereja di masa kini dan masa yang akan datang. Apresiasi Gereja terhadap OMK tercermin dalam peristiwa-peristiwa seperti World Youth Day, Asian Youth Day, Bogor Youth Day.
Paus Fransiskus melukiskan OMK dalam ensiklik “Laudato Si”: “Orang-orang muda menuntut perubahan. Mereka bertanya-tanya bagaimana orang bisa mengklaim membangun masa depan yang lebih baik tanpq memikirkan krisis lingkungan dan penderitaan mereka yang dikucilkan” (No. 13). Itu berarti OMK adalah orang-orang yang bersemangat menggagas langkah konkret mengatasi krisis lingkungan hidup dan menciptakan pembaruan hidup yang berkualitas manusiawi dalam dunia ini. Pembaruan itu mesti bertitik pijak pada kesediaan kita untuk mengikuti Yesus Kristus dan mengasihi sesama manusia, terutama orang miskin, serta berlaku adil, solider lemah lembut terhadap alam ciptaan-Nya.
Gereja terus mendorong OMK agar berperan aktif bersama orangtua membangun keluarga-keluarga menjadi keluarga yang berwawasan ekologis. Artinya, OMK menjadi inisiator dan aktor gerejani terciptanya relasi manusiawi, relasi penuh kasih kristiani antar umat manusia, dalam keluarga dan masyarakat, serta relasi “bersaudara” dengan alam ciptaan-Nya. Pada masa tobat ini, tinggalkanlah perilaku kasar, nafsu konsumtif, egoisme tak terkendali, tetapi berlakulah lembut hati seperti Yesus yang lemah lembut hatinya [bdk. Mat 11:28].
Hai Keluarga-keluarga: Hiduplah dengan tetap berwawasan ekologis
Keluarga adalah sel dasar masyarakat, Gereja domestik. Sebagai sel dasar, keluarga menjadi titik awal untuk membangun “pertobatan ekologis’: Pertobatan ini mendorong bertumbuhnya dan berkembangnya sikap hidup dan tindakan hidup yang berwawasan ekologis dalam membangun keutuhan hidup bersama yang berdimensi kosmik (bonum comune cosmic). Artinya, kehidupan kita menyuburkan tumbuhnya relasi harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam ciptaan dan manusia dengan Allah Sang Pencipta.
Sebagai wujud pertobatan ekologis, Orangtua dan Orang Muda Katolik mesti bahu membahu mengembangkan pola dan sikap hidup ekologis. Adakanlah liturgi tobat ekologis dengan penitensa bercorak cinta lingkungan hidup. Buatlah ibadat Jalan Salib di alam terbuka. Tingkatkan pengolahan sampah organik menjadi pupuk-pupuk organik penyubur tanaman. Rayakan gerakan “Go Green Schools”, “Go Green Parishes”, “Go Green Families”. Pola hidup ekologis itu menerapkan gerakan mencintai Allah dan menemukan wajah Allah dalam alam ciptaan-Nya. Katekismus Gereja Katolik menyatakan bahwa kekejaman terhadap makhluk hidup apapun bertentangan dengan martabat manusia. Oleh sebab itu, Orang tua dan OMK mesti menjauhkan diri dari semangat konsumtif membangun kesadaran dan komitmen untuk tidak mengeruk kekayaan alam, apalagi mengeksploitasi sesama manusia. “Bertobatlah kerajaan Allah sudah dekat”.
Ensiklik Laudato Si’mengajak kita semua untuk berperan dalam menyelamatkan bumi dari perusakan akibat perilaku manusia yang tamak, rakus, dan tidak adil. Upaya ini hendaknya dilandasi oleh sikap tobat ekologis, dengan doa, niat teguh, sukacita Injili dan tindakan konkret yang bercirikan kemurahan hati serta semangat bersaudara. Berguru pada Paus Fransiskus, kami mengajak saudara-saudari sekalian: “Bersama dengan semua makhluk, kita berjalan di bumi ini mencari Allah. Mari kita berjalan sambil bernyanyi” (LS 244), menyongsong sukacita Paskah, Krisstus Sang Penyelamat. Bersama Sang Bunda Maria, Bunda Berdukacita, kita berseru: “Magnificat Anima Mea Dominum” (Luk 1:46).*
[ Unduh: [download id=”1156″] ]