Foto: Nicholas Monty Siwi/KOMSOS
Foto: Nicholas Monty Siwi/KOMSOS

Di mata orang awam, tugas seorang prodiakon mungkin hanya membantu pastor paroki saat melaksanakan misa tiap hari Minggu dan berkutat di sekitar altar, membagi komuni kepada umat, dan selesai. Tugas-tugas prodiakon di seputar altar itu seolah mengesankan tugas-tugas misdinar yang berusia tua, hingga muncul anekdot “prodiakon adalah misdinar yang telat umur alias kadaluwarsa”.

Tapi tugas seorang prodiakon –yang pada saat tertentu memang bisa berperan sebagai misdinar, terutama ketika dalam perayaan ekaristi sedang kekurangan misdinar– sesungguhnya cukup  banyak. Bahkan bisa dikatakan tugas seorang prodiakon itu sangat banyak. Selain bertugas sebagai pembantu atau asisten imam, prodiakon juga memiliki tugas sebagai pemimpin ibadat sabda, pemimpin perayaan sabda pada hari Minggu  jika pastor paroki berhalangan, memimpin doa berbagai ujub, memimpin ibadat pemberkatan rumah dan sejenisnya, mengirim  hosti kepada orang-orang sakit, dan lainnya.

‘’Tugas-tugas seorang prodiakon sebagai asisten romo atau pastor memang banyak. Sebagai prodiakon yang telah dilantik oleh Uskup, dia bekerja  berkoordinasi dengan pastor paroki  untuk melayani umat di seluruh paroki dan bukan hanya di tingkat lingkungan saja,’’ demikian keterangan yang disampaikan oleh Romo Albertus Simbol Gaib Pratolo Pr ketika memberikan paparan dalam acara Pembekalan Prodiakon Paroki St. Joanes Baptista, Tulang Kuning, Parung, yang berlangsung pada hari Sabtu (30/07) lalu.

Foto: Nicholas Monty Siwi/ KOMSOS
Foto: Nicholas Monty Siwi/ KOMSOS

‘’Oleh karena itu dengan tugas-tugas prodiakon yang begitu beragam  dalam melayani umat di parokinya masing-masing, mereka harus mau selalu meningkatkan kemampuan baik dalam kehidupan rohani maupun ketrampilan dalam memimpin berbagai  ibadah dan pelayanan yang telah menjadi tugasnya. Mereka harus mau belajar dan terus belajar,’’ tegas Romo Gaib.

Dalam acara Pembekalan Prodiakon yang diikuti oleh semua prodiakon se- Paroki St. Joannes Baptista itu, hadir sebagai pembicara adalah Romo Gaib sendiri, Koordinator Prodiakon, Petrus Kamilin, prodiakon senior FX Soesanto Tjakradjaja, dan Rafael Martinus Lasol.  Materi yang dipaparkan dalam pembekalan yang berlangsung selama sehari penuh itu mencakup sejarah, syarat, dan tugas prodiakon, pemahaman tentang ibadah sabda, arwah, pemakaman, teknik homili, pengenalan peralatan misa, dan lainnya. Acara pembekalan itu sendiri akan terus berlanjut sampai bulan Agustus setiap akhir pekan.

‘’Untuk menjadi prodiakon yang baik seperti memiliki kepribadian yang sehat, kehidupan afeksi yang seimbang, dan tetap mencintai panggilannya sebagai kaum awam, serta sekaligus mencintai keluarganya, seorang prodikon harus selalu memiliki semangat bekerja sama dan tekad untuk terus menerus belajar berbagai ilmu penunjang tugasnya,’’ papar FX Soesanto atau yang lebih akrab dipanggil Pak Frans itu. ‘’Dan kemampuan dan tugas seorang prodiakan akan berlangsung secara optimal jika mendapat dari dukungan umat. Jadi dalam hal ini, kerja sama antara umat dan prodiakon di lingkungannya masing-masing akan sangat menentukan keberhasilan tugas-tugas seorang prodiakon,’’ tambah Pak Frans yang pada tahun 2016 ini usianya genap 80 tahun dan tetap gigih memberikan pelayanan.

Dengan demikian, terciptanya  kerja sama antara umat dan para prodiakon serta kerja sama antar prodikaon  sendiri, yang bisa terjalin baik memang  sangat dibutuhkan. Sebab melalui kerja sama yang sinergis itu akan makin dapat memberikan pemahaman siapakah sebenarnya  seorang prodiakon yang nota bene kaum awam yang sekaligus memiliki predikat sebagai asisten romo paroki. Tugas prodiakon cukup banyak dan bukan hanya berkutat di seputar altar saja sehingga seorang prodiakon tidak pantas lagi dijuluki sebagai misdinar kadaluwarsa.* (Agustinus Winardi/Prodiakon Lingkungan St. Paulus)

 

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *