Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima
Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima

Seorang dalang mengenakan blangkon dan beskap dengan lincah menari di atas panggung. “Walah walah…apa ini? Facebook, Twitter isinya kok ujaran kebencian semua. Berita ndak bener sudah langsung di-share tanpa dibaca. Ini lagi…grup WhatsApp isinya broadcast terus padahal cuma hoax atau malah berita yang sudah lama. Jangan-jangan yang nyebarin ini juga belum baca. Ck ck ck… daripada jadi penyebar kebencian, mbok ya jadi penyebar kabar sukacita,” ujar sang dalang yang diperankan oleh seorang warga senior di Lingkungan St. Maria de Fatima.

Tarian sang dalang itu membuka persembahan sendratari drama “Kisah Kelahiran Yesus” dalam perayaan Natal Lingkungan St. Maria de Fatima pada Sabtu (06/01) yang lalu di Serua Green Village. Mengangkat tema “Bijaksana Menggunakan Media Sosial untuk Mewartakan Kabar Gembira Kristus”, perayaan Natal kali ini memang ingin mengajak warga lingkungan untuk lebih menyikapi penggunaan media sosial secara positif. Dalam homili yang disampaikan pada saat Ibadat Sabda yang mengawali perayaan Natal, Bapak Sugiyono, prodiakon yang memimpin ibadat memberikan lima nilai yang harus diingat ketika menggunakan media sosial. Lima nilai tersebut adalah responsibility, empathy, authenticity, discernment, dan integrity.

[Baca juga: Perayaan HUT & Natal Lingkungan St. Fransiscus Xaverius]

Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima
Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima

Perayaan Natal Lingkungan St. Maria de Fatima memang selalu diisi dengan persembahan penampilan dari talenta-talenta yang dimiliki oleh warganya. Namun tahun ini ada sebuah persembahan yang berbeda, yaitu drama Natal yang dikemas dengan sebuah pertunjukan sendratari. “Kisah Kelahiran Yesus” sejak dari kabar gembira Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria hingga persembahan tiga Raja dari Timur dibawakan dalam bentuk aneka tarian. Mulai dari anak-anak kecil, anak muda, ibu-ibu, hingga bapak-bapak kompak melakukan perannya masing-masing. Semua berbaur menjadi sebuah “keluarga” yang kompak, kerja keras, dan saling mendukung untuk mempersiapkan sebuah penampilan sendratari berdurasi sekitar 30 menit. “Malam ini saya melihat sebuah gereja benar-benar terwujud. Semuanya ikut ambil bagian dengan penuh sukacita. Dan saya sangat senang dengan tema yang diambil,” ungkap Bapak F.X. Rahyono dalam sambutannya mewakili pengurus Dewan Pastoral Paroki St. Joannes Baptista.

[Video: Cerita Natal Zaman Now]

Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima
Dok. Lingkungan St. Maria de Fatima

Tahun ini juga semakin banyak bakat yang bermunculan, mulai dari persembahan wushu, nyanyian solo, duet, band, tarian anak-anak, dan tari tradisional. Ada beberapa umat yang tahun lalu hanya hadir sebagai penonton, tahun ini berani tampil mempersembahkan talentanya. Selain untuk mempererat rasa kekeluargaan antar umat di lingkungan, perayaan Natal ini juga sebagai wadah bagi umat untuk mempertanggungjawabkan talenta yang sudah Tuhan berikan. Harapannya, talenta tersebut akan semakin berkembang dan digunakan untuk kemuliaan Tuhan. Selamat Natal dan mari kita menjadi penyebar kabar sukacita!* (Agnika/ Komsos)

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *