Mendengar kata penjara terbayang tempat yang menakutkan, terasing dengan dunia luar, orang-orangnya kejam baik para sipir (pegawai), maupun para tahanan. Istilah penjara sudah diperhalus menjadi Lembaga Pemasyarakatan, disingkat Lapas.
Lapas Anak Wanita Tangerang Kelas II B yang beralamat di Jl. Daan Mogot 29 C, Tangerang adalah tujuan kunjungan sosial WKRI Parung kali ini. Dan ternyata yang kami bayangkan berbeda setelah kami datangi. Pada Sabtu 10 Oktober yang lalu, sepuluh orang mewakili WKRI Parung (Ibu Titik, Ibu Tuti, Ibu Ati, Ibu Febelina, Ibu Dewi, Ibu Aris, Ibu Endang, Ibu Katrin, Ibu Samsu, dan Ibu Erna) serta ikut juga Mbak Sisil perwakilan OMK mengunjungi lapas tersebut. Kami rombongan dari Parung bergabung dengan Yayasan Kasih Sayang (YKS) pimpinan Ibu Melani yang bergerak di bidang sosial dan pelayanan.
Lapas Anak Wanita Tangerang merupakan tempat pembinaan bagi mereka yang terkena kasus narkoba dan telah divonis hukuman penjara. Semua penghuni lapas berjumlah 83 orang, rata-rata usia muda antara 16-50 tahun. Mereka di bawah pembinaan Ibu Victoria Sarlotha sebagai Ketua Pembina Lapas Anak, Wanita Tangerang kelas II B.
Kedatangan kami selama kunjungan disambut penuh suka cita. Tidak tampak kesedihan di wajah mereka para warga binaan. Mereka menjalankan masa tahanan setelah divonis kurungan penjara dengan penuh kesadaran akan konsekuensi atas apa yang telah mereka lakukan. Begitu pula dengan para pembina dengan penuh perhatian dan sabar membimbing dan melayani mereka dengan tujuan agar mereka menjadi lebih baik selama dalam lapas.
Acara dimulai pukul 10.00 bertepatan dengan waktu kunjungan para warga binaan yaitu hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Acara diawali dengan berdoa, dilanjutkan bernyanyi lagu-lagu pujian bersama 13 orang warga binaan yang beragama Nasrani (hanya Kristen, yang beragama Katolik tidak ada). Setelah itu dilanjutkan dengan sharing, hiburan, permainan, makan siang bersama, dan pemberian hadiah.
Meskipun mereka berada dalam lingkup penjara tapi mereka masih bisa melakukan hobi diluar tugas-tugas harian mereka. Hal itu ditunjukan oleh Adel, seorang warga binaan yang sangat pandai bermain keyboard bahkan sudah banyak lagu yang diciptakan.
Kunjugan kali ini selesai pukul 12.00 siang dan akan dilanjutkan dengan kunjungan-kunjungan selanjutnya secara rutin pada kesempatan yang akan datang.
Beberapa ketakutan yang sangat dirasakan bagi mereka yang akan selesai masa tahanan diantaranya adalah: Bagaimana nasib saya nanti setelah keluar. Apakah keluarga /masyarakat dapat menerima keberadaaan saya? Apakah saya akan lebih baik atau tidak setelah saya keluar? * (Titiek Budi/WKRI)