Tanggal merah Hari Raya Nyepi, Rabu (09/03) yang lalu ternyata penuh berkah. Satu, merupakan hari istimewa untuk mereka yang beragama Hindu. Dua, pada hari itu terjadi peristiwa alam luar biasa, yaitu gerhana matahari total yang bisa dilihat di beberapa kota di Indonesia. Tiga, hari itu merupakan hari kerja bakti di gereja Tulangkuning.
Khusus yang ketiga ini juga harus disebut istimewa dan luar biasa karena tidak seperti kerja bakti yang sudah-sudah. Kali ini ada banyak umat yang ikut berpartisipasi dan dari berbagai lingkungan. Ada bapak
-bapak, ibu-ibu, dan juga anak-anak. Tampak beberapa warga tetangga gereja ikut juga berbaur. Semua penuh semangat.
Apa saja yang dikerjakan? Dari bagian depan, rumput yang sudah mulai ‘gondrong’ di sekitar Saung Taman dipangkas dan dibersihkan. Rumput di lapangan parkir dipotong dengan 2 mesin pembabat oleh beberapa orang bergantian. Pohon yang sudah terlalu tinggi ditebang bagian atasnya. Yang paling berat dan sulit adalah mengganti tiang-tiang penyangga terpal yang sudah keropos. Penggantian tiang harus dilakukan satu demi satu. Satu orang stand by di atas, dan 2-3 orang membantu dari bawah. Yang menambah berat pekerjaan itu adalah hawa panas di bawah tenda. Bukan main.
Adzan Dzuhur dari mushola sebelah mengingatkan para relawan kerja bakti untuk istirahat dan makan siang. Dengan sigap, ibu-ibu ‘dapur umum’ segera menyajikan sayur asem, ikan asin, telur, tempe, tahu, sambal plus lalapan yang sudah matang. Bukan hanya enak tapi juga ‘sedep’ makan bersama seusai kerja bakti.
“Hmm..baru terasa ya kalau rumah kita luas banget. Gak mungkin nih dikerjain berdua doang,” begitu kesan salah seorang bapak sambil meletakkan sapu dan pengki yang dibawanya sendiri dari rumah.
Ayo bapak, ibu, anak-anak, kita ikut partisipasi pada kerja bakti yang berikutnya! Dan jangan lupa untuk selalu ikut memelihara, merawat dan menjaga kebersihan ‘rumah’ kita bersama ini. *(Elmi)