Suster, Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Selamat pagi. Marilah kita bersama-sama mendalami iman kita kepada Yesus Kristus melalui ajaran Yesus dalam khotbah Gerejani tentang “mengampuni tanpa batas” yang tertulis dalam Injil Matius.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri. Untuk bisa bertahan hidup, setiap orang memerlukan bantuan orang lain. Karena itu, kita perlu teman, kita perlu saudara untuk saling tolong-menolong, saling menasehati, dan mengingatkan agar tidak jatuh ke dalam dosa (Mat 18:15).
Suster, Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Pergaulan dengan sesama kita sehari-hari tentu tidak selalu baik-baik saja. Hubungan baik dengan teman seringkali terganggu oleh sifat buruk manusia. Kadang ada seseorang yang selalu saja melakukan perbuatan yang sangat tidak mengenakkan. Kelakuan orang seperti itu seringkali membuat kita kehabisan kesabaran. Dengan alasan, “sabar itu ada batasnya”, maka kita tidak ada maaf lagi kepada orang yang sangat menyusahkan itu. Hukum balas dendam diberlakukan, yaitu mata ganti mata dan gigi ganti gigi (Mat 5:38-39).
Yesus mengubah Hukum Balas Dendam dengan Hukum Kasih. Hukum yang dibuat manusia adalah, “sabar itu ada batasnya,” tetapi Hukum Kasih yang diajarkan Yesus adalah, “mengampuni itu tidak ada batasnya.” Ketika Petrus bertanya kepada Yesus apakah mengampuni saudara yang berbuat dosa kepadanya itu harus dilakukan sampai tujuh kali, maka jawab Yesus: ““Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:21-22). Target jumlah pengampunan yang sampai sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali tentu tidak mungkin pernah tercapai seumur hidup manusia. Apalagi jika dendam kesumat kepada orang yang dibenci itu terus dibiarkan, mengampuni satu kali pun tidak dilakukan. Jadi, mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali berarti, mengampuni tanpa perhitungan, tanpa batas sepanjang hayat masih dikandung badan.
Saling mengasihi bukanlah sebuah tindakan yang tanpa pengorbanan. Dalam khotbah Gerejani, Yesus mengajarkan Kerajaan Surga yang seumpama seorang Raja yang memberi pengampunan hutang hambanya, sebanyak sepuluh ribu talenta. Jumlah pinjaman itu tidak terbayangkan besarnya, karena setara dengan upah seorang pekerja selama lima belas tahun. Namun, setelah mendapat pengampunan, pada hari itu juga, hamba itu mencekik leher temannya yang hanya hutang seratus dinar. Ia memaksa temannya untuk melunasi, bahkan memasukkannya ke dalam penjara (Mat 18:24-30).
Marilah kira renungkan, apakah kita sebenarnya juga melakukan kejahatan seperti hamba yang jahat itu? Minta pengampunan tetapi tidak pernah mau mengampuni? Yesus bersabda, “Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (Mat 18:33). Jika kita tidak mengampuni saudara kita yang berdosa, maka Bapa di Surga juga akan menghukum kita, seperti hamba jahat yang diserahkan kepada algojo-algojo untuk disiksa sampai lunas hutangnya (Mat 18:34-35).
Suster, Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Demikianlah intisari makna “mengampuni tanpa batas”. Semoga kita semakin dimampukan untuk menjadi pengampun agar pantas masuk ke dalam Kerajaan Surga. Terima kasih. Semoga Tuhan memberkati.
Seksi Kateketik, Bidang Pembinaan Iman,
Paroki Santo Joannes Baptista, Parung, Keuskupan Bogor
Sumber
Alkitab Deuterokanonika. 2013. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
eKatolik. Alkitab Deuterokanonika.
Hortensius F. Mandaru. (2022). Pengantar Injil Matius. Jakarta: KPKS – BOGOR
Seto Marsunu. (2019). Permata Iman Katolik. Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia.
Kutipan ayat
Matius 18:15
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Matius 5:44
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Mat 18:21-22
” Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Mat 18:24-30
Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
Matius 18:33-35
Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Silakan baca Matius bab 18 secara utuh.