Dunia diwakili bangsa Israel telah menanti seorang raja. Berabad-abad lamanya dunia menantikan datangnya seorang raja. Semenjak dunia beserta isinya dijadikan untuk kebahagiaan manusia yang seharusnya diliputi kesetiaan dan ketaatan dengan sang pencipta-Nya, namun manusia jatuh dalam dosa yang berakibat jauh dari Sang pencipta-Nya sendiri. Akan tetapi begitu besar kasih-Nya akan manusia yang Ia ciptakan maka Dia berjanji untuk memulihkan kembali hubungan mesra dengan dunia milik-Nya.
Maka didahului dengan berbagai cara, tanda-tanda, dan tindakan lewat pemimpin bangsa Israel serta para nabi, namun umat kesayangan-Nya belum juga sepenuhnya mau bertobat dan kembali kepada kehidupan kasih sayang yang dikehendaki Allah pencipta-Nya. Bagaimana kisah penantian sang raja yang didambakan itu?
Marilah kita sebagai umat Allah berusaha memahami lewat bacaan-bacaan Kitab Suci dalam Minggu Adven IV ini: 2 Sam. 7:1-5, 8b-12,14a,16; Rm. 16:25-27; Luk. 1:126-38. Dari bacaan-bacaan Kitab Suci ini kita merenungkan bagaimana Allah menggenapi perjanjian-Nya pada waktunya yaitu dengan mengutus seorang raja untuk menuntun dan menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa dan maut. Ia datang ke dunia sebagai raja, namun bukan seperti raja-raja yang di dunia ini yang memimpin dengan duduk di atas tahtanya serta bermahkota mewah dan bertindak dengan simbol pedang dan tangan besi untuk memerintah rakyatnya. Tetapi Ia seorang raja yang berasal dari sebuah keluarga sederhana, yang tidak duduk di atas singgasana dan tidak memiliki mahkota indah, melainkan bermahkota duri dan tidak melaksanakan kehendak sendiri melainkan kehendak Bapa-Nya yang mengututusnya. Ia datang bukan untuk memerintah tetapi untuk mewartakan kabar sukacita dan kebenaran dengan tangan kasih-Nya.
Bacaan- bacaan dalam Minggu Adven IV ini juga mengantar kita umat beriman untuk memahami peristiwa besar iman Kristiani kita dimana Allah mau menjelma dalam diri manusia, yaitu menjadi daging karena Roh Kudus dalam diri seorang perempuan yaitu Maria yang hanya seorang wanita biasa yang juga berasal dari desa kecil jaman itu yaitu Nasaret. Penjelmaan seorang raja yang lahir menjadi bayi kecil mungil, yang menggemparkan penguasa-penguasa dunia ketika itu, namun tetap menjadi misteri iman dari jaman ke jaman tanpa tak mampu dijangkau dan ditangkap oleh akal budi manusia, karena yang Mahakuasa sendiri tetap melindungi dan menjaga kesucian dan kebenaran sejatinya.
Walaupun lahir sebagai bayi kecil mungil dari keluarga kecil sederhana di sebuah kandang domba, namun Ia tampak bercahaya menyinari dunia serta membawa kabar sukacita besar bagi manusia. Kepribadian-Nya tetap menampakan 100 % ke Allah-an dan 100 % manusia. St. Paulus mengungkapkan kepada umat di Roma: “..kemasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi telah diberitakan oleh kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman. Bagi Dia satu-satunya Allah yang penuh hikmat, yaitu Yesus Kristus, segala kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”(Rm. 16: 25-27).
Saudara-saudara seiman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus marilah pada momen masa Adven yang tepat ini, hendaklah kita semua dengan berbagai cara, baik melalui sikap dan tindakan jasmani maupun rohani mempersiapkan terutama hati dan batin kita secara utuh untuk menyambut lahirnya seorang raja penyelamat kita. Baiklah secara pribadi, keluarga maupun sebagai komunitas Gereja umat Allah, menyambutnya dengan penuh sukacita, bukan karena gebyar gempita cahaya lampu natal, pohon natal ataupun pernak-pernik natal, melainkan yang paling pokok adalah hati setiap insan yang mau membuka diri sehingga Roh Kudus yang nenerangi dan menguasai dirinya untuk mampu menyambut kedatangan Sang Juruselamat pada hari Natal ini. Semoga Allah selalu menyertai dan memberkati kita sekalian.*
(Marthinus Lasol)