“Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.” (Luk 17: 15-16)

Sudah menjadi hal yang lumrah ketika berada dalam masa penuh penderitaan, ketakutan, atau hilang harapan, kita akan berlutut meminta bantuan Tuhan, memohon belas kasihan-Nya. Bahkan bagi yang tak pernah berdoa sekalipun, ia akan segera meminta pertolongan Tuhan. Masa penuh penderitaan membuat kita jadi dekat dengannya. Namun apa yang terjadi ketika kita sudah dilepaskan dari penderitaan yang kita alami? Apa yang terjadi ketika doa permohonan kita dikabulkan?

Ketika mukjizat terjadi, kita dipenuhi dengan kegembiraan. Saking gembiranya, kita sibuk merayakannya dan ironisnya, sering kita lupa mengucapkan terima kasih atau mengucap syukur kepada Tuhan. Ya, dalam sebuah doa, biasanya akan lebih banyak daftar permintaan yang terdengar. Karena itu, saya tersenyum bahagia ketika dalam sebuah perayaan ekaristi ada ujub ungkapan syukur yang disampaikan. Tak hanya sebagai ungkapan syukur secara pribadi bagi si penyampai ujub, ungkapan syukur itu juga menguatkan umat lainnya bahwa Allah mampu melakukan berbagai mukjizat. Ujub ungkapan syukur itu juga sebagai pengingat bagi kita yang selama ini lupa untuk bersyukur.

Dalam bacaan Injil hari ini kita belajar dari orang Samaria yang telah disembuhkan oleh Yesus. Dari sepuluh orang yang telah disembuhkan oleh Yesus, hanya dia yang kembali pada-Nya untuk mengucap syukur. Apakah kita seperti orang Samaria itu? Atau malah seperti sembilan orang lainnya yang lupa kepada siapa yang telah memberi kebaikan dalam kehidupan mereka? Sebuah ucapan terima kasih yang tulus bisa menjadi jembatan indah sebuah hubungan yang akrab dengan Tuhan.

Apa yang dilakukan oleh orang Samaria tersebut juga dapat menjadi pelajaran bagi kita bagaimana cara mengucap syukur. “Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring.” (Luk 17: 15). Kembali kepada Tuhan merupakan salah satu respon awal sebagai ungkapan syukur. Mari kita kembali kepada kasih Allah. Selain kembali pada Allah, orang Samaria tersebut juga memuliakan Allah dengan suara nyaring. Bersaksilah kepada orang lain atas pertolongan Tuhan yang telah kita alami. Hal ini akan dapat menguatkan orang lain yang juga sedang menanti jawaban dari-Nya. Ungkapkanlah syukur dengan memuliakan Tuhan melalui tingkah laku, perkataan, kesetiaan, dan segala yang ada pada diri kita.

Yang indah dari ungkapan syukur Orang Samaria tersebut adalah ia menemui Tuhan dan bersungkur di hadirat-Nya untuk mengucap syukur. “lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.” (Luk 17: 16). Sudahkah kita hari ini menemui Tuhan dalam doa dan mengucap syukur pada-Nya? Mari kita awali setiap hari dalam kehidupan kita dengan memberikan waktu untuk menemui Tuhan dan mengucap syukur.*

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *