Seksi Ekologi Tak Henti Sebarkan Budaya Memilah Sampah dengan Benar

Apa yang aku bisa lakukan untuk alam pemberiaan Allah?  Mungkin sebagian dari kita pernah terbesit pertanyaan ini namun kemudian lewat begitu saja. 

Memperingati Hari Pangan Sedunia, Seksi Ekologi Paroki St. Joannes Baptista Parung kembali mengadakan sosialisasi pengelolaan sampah. Dalam penjelasannya, Fransiskus Sarwiyadi atau kerap disapa dengan Pak Sarwi mengingatkan umat untuk berperan serta menyayangi lingkungan dengan cara sederhana yaitu “memilah sampah”.

Suasana Sosialisasi Eco Enzym

“Memilah sampah dari rumah, bedakan sampah organik (tumbuhan dan hewan), sampah non organik (plastik) serta sampah B3 (bahan berbahaya beracun)  termasuk minyak jelantah, pembalut dan popok bayi. “

Setelah dipilah sampah tersebut dapat dikelola sesuai semestinya. Sampah organik dapat dikelola dengan 5 cara: eco enzyme, pupuk cair, pupuk kompos, langsung ke media tanam, serta metode larva black shoulder fly. Sementara penanganan sampah non organik yang umat telah kumpulkan dapat dijadikan kolekte sampah di paroki kita. Kolekte sampah yang diterima wajib dalam kondisi kering.

Pada sesi sosialisasi ini umat tidak hanya diedukasi mengenai kontribusi sampah rumah tangga masing – masing keluarga namun diajarkan pengelolaan sampah organik. Pak Sarwi yang juga koordinator seksi ekologi mengawali sesi pelatihan dengan sebuah prinsip unik yaitu “kalau bisa tidak beli” tegasnya diikuti tawa peserta. Secara ringkas pengelolaan sampah organik ini terbagi atas 4 teknik. Umat dapat memilih sesuai kondisi dan kemampuannya masing-masing.

Teknik 1, umat wajib memiliki komposter (tempat mengolah sampah), saringan air yang dimasukkan dalam komposter, selang, botol untuk menampung pupuk cair hasil olahan sampah, BHO (bahan organik baik matang atau pun mentah), cairan EM4 atau cairan bio compound. Secara berkala umat dapat memasukkan sampah organik dalam komposter dengan tak lupa menyemprotkan cairan. Jika menggunakan cairan EM4 perbandingannya 1 Liter air dicampur 1 tutup botol EM4 ditambahkan 1 bongkah gula merah atau molase. Jika menggunakan cairan bio compound perbandingannya adalah 1 Liter air dan 1 tutup botol cairan bio compound.

Teknik 2, bahan yang dibutuhkan adalah komposter, saringan air/ sekat, kompos/tanah, bahan organik. Pada teknik ini kompos dan bahan organik dimasukkan secara bergantian dengan bertumpuk pada wadah komposter.

Teknik 3, alat yang dibutuhkan meliputi tanaman di pot, bahan organik, cairan bio compound, dan air. Pada teknik ini BHO dapat langsung dimasukkan pada media tanah di pot dan disemprotkan cairan bio compound yang sudah dicampur air dengan perbandingan 1 L air dan 1 tutup botol cairan bio compound.

Teknik 4 alat yang dibutuhkan berupa tanaman di pot, bahan organik, cairan bio compound, dan air. Aplikasinya tanah dilubangi pada 1 bagian dimasukkan bho disemprot, besok dilubangi di sisi lain pot dan dilakukan hal yang sama. Setelah seminggu sudah bisa diaduk.

Antusias peserta yang mengikuti sosialisasi pengolahan sampah  terlihat dari sejumlah pertanyaan yang muncul. Salah satunya Ibu Otti yang berasal dari lingkungan St. Petrus, Ia ingin langsung menerapkan pengolahan sampah menjadi pupuk cair di rumah karena memiliki banyak tanaman.

“Sering dikasih pupuk cair cuma belum pernah bikin makanya mau coba sendiri teknik yang ketiga. Sudah pernah coba masukkan bho di tanaman tapi tidak tahu kalau harus pakai cairan compound.” Ungkap Bu Otti

Teknik lain yang juga diajarkan dalam peringatan Hari Pangan Sedunia adalah Eco enzym. Metode ini membutuhkan bahan dan peralatan seperti gula aren/molase, air, bahan organik segar ( tidak dimasak ataupun busuk), wadah fermentasi yang dapat ditutup ( disarankan dengan tutup lebar, jika terdapat tutup kecil sebaiknya diberikan lubang udara).

Hal yang perlu diperhatikan umat adalah metode ini harus tepat secara ukuran sehingga sebaiknya umat memiliki timbangan digital. Aplikasinya perbandingan gula, bho dan air adalah gula 1, bho 3 kali gula, serta air 10 kali gula. Wadah sebaiknya diisi  60 % saja dari kapasitas.

Semoga umat Paroki St. Joannes Baptista Parung semakin peduli akan kondisi lingkungan sekitar mulai dari pengolahan sampah domestik masing- masing. (Vika/KOMSOS)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *