Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Selamat pagi. Marilah kita bersama-sama mendalami nasehat misioner Yesus tentang “Mengasihi Yesus di atas segala-galanya”.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah “skala prioritas”. Istilah itu dapat diartikan sebagai sebuah pilihan utama dan pertama dari sederetan kegiatan yang harus dilakukan lebih dahulu daripada yang lain-lainnya. Ajaran mengasihi pun ternyata juga ada skala prioritas. Dalam Injil Matius tertulis sabda Yesus tentang perintah pertama dan terutama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Setelah menjalankan perintah pertama itu barulah menjalankan perintah kedua, yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi dirinya sendiri (Mat. 22:37-40)

Dalam khotbah misioner, Yesus dengan tegas dan keras bersabda: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.( Mat 10:37). Apakah sabda Yesus ini berarti kita dapat mengabaikan perbuatan mengasihi orang tua dan anak-anak kita? Tentu tidak. Inilah prioritas mengasihi yang harus dilakukan oleh murid-murid Yesus. Mengasihi Yesus, yang juga berarti mengasihi Allah, harus dilakukan di atas segala-galanya.

Seorang Guru biasanya dituntut menjadi panutan. Guru bukan hanya bicara, melainkan harus melakukan apa yang diajarkannya. Yesus telah memberikan contoh itu. Marilah kita buka Injil Lukas bab dua. Setelah tiga hari Bunda Maria dan Yosef kehilangan putera mereka, kembalilah mereka ke Yerusalem dan menemukan anak mereka di Bait Allah. Tentu kedua orang tua itu marah setelah menjumpai anaknya. Tetapi jawab Yesus kepada kedua orang tuanya: ““Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:46-49). Allah Bapa-Nya adalah prioritas yang harus dikasihi dan dihormati lebih dahulu sebelum mengasihi orang tua yang melahirkan-Nya.

Mengasihi Yesus di atas segala-galanya, juga harus melakukan apa yang telah dilakukan Yesus sebagai sang Juru Selamat, yaitu memanggul salib. Karena, sebagai murid Yesus kita pun harus ambil bagian dalam karya penyelamatan-Nya. Dengan tegas Yesus bersabda: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mat 10:38). Siap kehilangan nyawa tentu bukan berarti kita lalu boleh mengabaikan keselamatan sampai pada kematian, melainkan, kita tidak takut mati dalam membela iman kepada Yesus.

Bagi orang Yahudi pada zaman itu, salib adalah tanda kehinaan, hukuman bagi siapa pun yang dianggap sebagai penjahat besar. Yesus mengubah makna salib dari tanda kehinaan menjadi tanda kemenangan dan tanda keselamatan dari maut. Dengan setia memanggul salib kita masing-masing sampai akhir hayat, kita menjadi layak bagi Yesus, Tuhan kita.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Demikianlah intisari makna “Mengasihi Yesus di atas segala-galanya” yang dinasehatkan Yesus pada khotbah misioner. Semoga kita semakin setia memanggul salib hidup kita. Terima kasih. Semoga Tuhan memberkati.

Seksi Kateketik, Bidang Pembinaan Iman,

Paroki Santo Joannes Baptista, Parung, Keuskupan Bogor

Sumber

Alkitab Deuterokanonika. 2013. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

eKatolik. Alkitab Deuterokanonika.

Hortensius F. Mandaru. (2022). Pengantar Injil Matius. Jakarta: KPKS – BOGOR

Leks, S. (2003). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: PT Kanisius.

Kutipan ayat

Matius 22:37-40

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Matius 10:37

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Lukas 2:46-49

Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

Matius 10:38-42

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air

sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *