Pada Jumat-Minggu, 3-5 Juli 2015 yang lalu akhirnya kami sekeluarga berkesempatan mengikuti acara family weekend yang diadakan oleh Komisi Keluarga Keuskupan Bogor ini.

Tujuan kami yang pertama waktu itu sebenarnya adalah mengisi liburan sekolah, karena kami belum punya rencana untuk bepergian ke tempat lain. Dan tujuan yang berikutnya adalah ingin mencari tahu lebih banyak mengenai hal-hal yang bersangkut paut dengan kerasulan keluarga, terutama mengenai pendampingan bagi anak dan remaja.

Kami berenam, yaitu suami, istri, 3 orang anak, dan ibu saya berangkat pukul 16.00 WIB. Meskipun harus melalui kemacetan, akhirnya kami sampai juga di Lembah Karmel sekitar pukul 19.00 WIB.

Meski tidak dapat mengikuti setiap sesi acara secara penuh, ada satu sesi yang sangat berkesan dibawakan oleh Prof. DR. Richardus Eko Indrajit – suami dari artis Lisa Arianto, yang memberikan pemaparan bagaimana dalam era modern ini media digital juga dapat menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan dan menjadi sumber sukacita dalam keluarga. Hal inilah yang memberi pandangan-pandangan baru bagi kami, yang selama ini dihantui oleh ketakutan bahwa media digital akan memberikan dampak negatif bagi putra-putri kami.

Selain itu kami juga mendapat pencerahan dari RD Yohanes Driyanto, terutama dalam masalah perkawinan Katolik. Dalam sesi yang penuh dengan tawa itu, saya merasakan perhatian gereja dalam memberikan pendampingan dan wawasan bagi keluarga yang sering menjumpai masalah-masalah seputar keluarga seperti : keluarga berencana, legalitas perkawinan, hingga pemahaman mengenai tujuan hidup perkawinan yang sering salah dimengerti oleh para pasutri. Tujuan perkawinan adalah untuk kebaikan pasangan, yaitu suami / istri, kelahiran dan pendidikan anak. Ketiga tujuan itu menjadi satu dan tidak terpisahkan. Dimana hal itu sering salah dimengerti, karena banyak orang menyebutkan bahwa tujuan perkawinan itu adalah kebahagiaan rumah tangga. Sunguh ironis, karena pada akhirnya banyak masalah perpecahan dalam perkawinan timbul justru karena suami istri tidak menemukan kebahagiaan yang mereka dambakan.

Malam harinya, para peserta dihibur oleh persembahan berbagai kreativitas seni dari beberapa paroki, di antaranya tarian dari Paroki St. Paulus Depok Lama, St. Thomas Kelapa Dua, dan Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Ada pula drama yang dipersembahkan oleh rekan-rekan panitia. Kami sungguh salut pada tim panitia yang sungguh bekerja keras dalam menyelenggarakan acara ini. Meskipun sudah sangat sibuk, tapi mereka juga masih sempat menampilkan suatu pertunjukan yang cukup menghibur. Yang paling berkesan malam itu adalah kesediaan Bapa Uskup untuk ikut menari bersama seluruh umat, meskipun sudah lelah setelah seharian mengikuti seluruh rangkaian acara.

Pada hari terakhir, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya maupun memberikan masukan kepada Komisi Keluarga Keuskupan dan Bapa Uskup yang akan menjadi dasar menentukan kebijakan dan program kerja bagi Keuskupan Bogor. Pesan Bapa Uskup kepada seluruh peserta weekend agar kami semua menjadi “agen-agen” pewarta sukacita dan kegembiraan bagi seluruh umat di paroki masing-masing. Mari bersukacita dan sampai bertemu lagi tahun depan. *(Suharbanu/St.Philipus)

By Admin