Foto : Dokumentasi Umat
Foto : Dokumentasi Umat

Setelah berkat penutup dalam Perayaan Ekaristi Pembukaan Sinode 2019 Keuskupan Bogor pada Jumat (22/2) lalu, enam pemuda-pemudi berpakaian serba hitam maju satu per satu menuju area pementasan. Satu di antara mereka berjalan tertatih, wajahnya lesu, seluruh tubuhnya terikat rantai. Sementara itu, lima lainnya mulai mengucapkan kalimat demi kalimat yang mendeskripsikan diri mereka sebagai representasi dari panca indra. Suara mereka menggelegar melawan riuhnya derai hujan. Perlahan-lahan, kelima ‘panca indra’ itu menghampiri sang pemuda yang terikat rantai, menyatukan usaha mereka untuk membebaskan ikatannya.

Enam pemuda tersebut adalah kelompok OMK Theatrical Paroki St. Joannes Baptista Parung. Mereka mempersembahkan visualisasi teatrikal dari Sinode 2019 Keuskupan Bogor. Berbekal ide dari Pastor Paroki Parung, RD. Yustinus Joned Saputra, keenam OMK berusia belasan tahun ini berlatih dan mempersiapkan diri selama tiga minggu. Dalam prosesnya, mereka dilatih oleh Mas Dinar dan Romo Joned.

Menurut Aegi salah satu penampil visualisasi teatrikal ini, mereka terinspirasi dari banyaknya umat yang masih belum mau keluar dari zona nyaman untuk aktif melayani di Gereja. Para umat ini dilambangkan dengan pemuda yang terikat rantai, yang kelima panca indranya belum mau bekerja sama, sehingga ia pun hidup dalam kungkungan. Visualisasi ini pun menyuarakan harapan mereka bagi Sinode 2019 Keuskupan Bogor. “Melalui visualisasi ini, kami ingin menunjukkan bahwa gerakan umat Keuskupan Bogor bisa berdampak besar jika semuanya mau keluar zona nyaman, menyatukan kontribusi untuk Keuskupan Bogor,” jelas Aegi.

Penuh Kegembiraan dan Berkat

Pembukaan Sinode 2019 tersebut juga meninggalkan kesan istimewa bagi para umat yang hadir. Hujan deras yang mengiringi Perayaan

Foto : Dokumentasi Umat
Foto : Dokumentasi Umat

Ekaristi tidak mengurangi sukacita atas perjumpaan antar umat se-Keuskupan Bogor ini. Mereka berbondong-bondong menyerbu papan tanda tangan Komitmen Bersama untuk Sinode, bahkan ikut bergoyang bersama mengikuti irama lagu tema Sinode 2019 Walking Together dan lagu daerah Maluku Tobelo. “Hujannya deras sekali, baru pernah juga sampai banjir seperti ini. Acara Sinode ini benar-benar penuh berkat!” ujar salah satu umat sambil memandangi alas kakinya yang basah terendam genangan air.

Selain Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur bersama para imam Keuskupan Bogor, pembukaan sinode ini dimeriahkan oleh berbagai penampilan dari para murid Sekolah Marsudirini, OMK St. Joannes Baptista Parung, dan OMK BMV Katedral Bogor. Nuansa gembira juga semakin kuat dengan lantunan lagu-lagu merdu yang dibawakan oleh Wonderful Choir dari Paroki St. Joannes Baptista Parung. “Kami senang sekali dapat menjadi bagian dari acara besar Keuskupan Bogor ini. Semoga dengan sinode ini, kita semua menjadi semakin sehati sejiwa!” ungkap Nila Saragih, salah satu anggota Wonderful Choir.

Ruang perjumpaan yang luas

Sinode 2019 Keuskupan Bogor akan dilaksanakan selama satu tahun, mulai dari tingkat paroki, dekanat, hingga keuskupan. Seluruh proses Sinode ini diawasi dan diarahkan oleh Bapa Uskup Mgr. Paskalis Bruno Syukur, dibantu dengan beberapa imam, suster, bruder, dan umat awam sebagai panitia. Tim panitia ini terdiri dari tim pengarah (steering committee/SC) dan tim pelaksana (organizing committee/OC).

Tim SC merupakan penyusun konsep sekaligus pengarah proses dan hasil sinode. Tim ini terdiri dari RD Yohanes Driyanto, RD Jatmiko, RD Habel Jadera, dan Anton Sulis sebagai Koordinator. Berikut ini adalah hasil wawancara KOMSOS Keuskupan Bogor dengan Anton Sulis.

  1. Sinode kali ini diselenggarakan secara berbeda dibanding sinode 2002, yakni dilaksanakan selama setahun. Apa alasan yang melatarbelakangi kebijakan ini?

Pelaksanaan Sinode 2019 dibuat berjenjang dan dalam rentang waktu setahun bertujuan untuk memberi ruang keterlibatan seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya umat untuk mengalami perjumpaan. Perjumpaan sepanjang tahun dimaksudkan untuk memberi ruang yang cukup bagi umat untuk melakukan refleksi perjalanan pastoral mereka di tingkat individu dan komunal. Selain itu, rentang waktu setahun juga diharapkan dapat memberi ruang yang cukup bagi umat untuk menggali ide dan sumber kesegaran baru bagi karya pastoral selanjutnya.

  1. Salah satu tema besar yang diangkat dalam sinode ini adalah lingkungan hidup. Mengapa tema ini dipilih?

Salah satu keprihatinan gereja dan dunia saat ini adalah tentang kerusakan lingkungan. Gereja Katolik – melalui ajaran Alkitab dan para kudusnya – memahami alam dan lingkungan sebagai saudara dan saudari. Artinya bahwa manusia, termasuk umat Katolik, adalah bagian tak terpisahkan, dan oleh karenanya bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan. Sinode, sebagai salah satu upaya menggali atau menajamkan reksa pastoral, harus juga dilakukan dalam rangka menjawab keprihatinan dan tanggung jawab umat beriman terhadap alam dan lingkungan.  Hal ini selaras dengan yang diserukan Bapa Paus Fransiskus dalam Laudato Si.

  1. Apa harapan Bapak bagi seluruh umat Keuskupan Bogor dalam sinode ini?

Bagi para imam – saya berharap mereka dapat menganimasi umat untuk mendalami ajaran dan seruan Gereja, serta terlibat aktif dalam aneka perjumpaan selama Sinode 2019.

Bagi DPP/DKP – saya harap mereka memberikan teladan dan membantu umat untuk menghidupkan semangat sukacita selama perjumpaan Sinode 2019, seraya mendalami ajaran dan seruan Gereja juga.

Bagi orangtua – saya harap mereka aktif mengambil bagian dalam sharing sepanjang Sinode, sembari mendalami pesan dan harapan Gereja terhadap peran mereka dalam keluarga.

Bagi yayasan, persekolahan dan komunitas hidup bakti – saya harap mereka menghidupi semangat Sinode 2019 melalui pertemuan-pertemuan yang diintensikan untuk mendalami seruan dan ajaran Gereja, serta menggali inisiatif reksa pastoral yang baru dan menyemangati.

Bagi OMK – semoga OMK semakin bersemangat mendalami iman Katoliknya dalam konteks zaman modern ini (melalui serangkaian

Foto : Dokumentasi Umat
Foto : Dokumentasi Umat

perjumpaan Sinode 2019), sehingga mereka dengan jernih mampu melakukan diskresi nilai dan membuat keputusan hidup berdasarkan nilai yang benar menurut Gereja Katolik.

Bagi semua umat beriman, semoga semua membawa serta dalam doa masing masing agar Sinode 2019 dapat berjalan baik dan mencapai tujuannya – terlebih agar hati semua orang berkobar-kobar dalam sukacita.

Selamat ber-Sinode!* (Mentari/Komsos Keuskupan Bogor)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *