“Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.” (Mark.1:22)

 

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus mengajar dengan penuh kuasa dan menakjubkan, karena bukan hanya mengajar tapi juga menyembuhkan orang sakit dan membebaskan orang dari kerasukan setan. Ini artinya Tuhan Yesus menolong, membebaskan orang dari penderitaan. Kehadiran Tuhan Yesus ke dunia sebagai perwujudan kehadiran Kerajaan Allah di Bumi, maka tidak ada tempat lagi bagi roh jahat, bahkan roh jahat tunduk dan patuh kepada Tuhan.

Kita yang percaya kepada Kristus juga sebagai murid Kristus sebagaimana para rasul, sehingga kita pun mempunyai tugas yang sama sebagaimana para rasul mewartakan Kerajaan Allah, menyembuhkan, menyelamatkan, dan mengusir roh-roh jahat dalam kehidupan kita. Namun ternyata pada jaman sekarang tidak mudah menjalankan tugas ini. Karena pengaruh roh jahat pada jaman ini berkeliaran di mana-mana dengan beraneka bentuk dan rupa, seperti permusuhan, iri hati, kesombongan, sakit penyakit, kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, dsb.

Dan dalam lingkup yang lebih kecil seperti perpecahan dalam keluarga, ingin menang sendiri, tidak sabar, semua ini adalah bentuk kuasa roh jahat. Kita mempunyai tugas mengusir pengaruh kuasa-kuasa roh jahat dari hidup kita, tugas ini tidak mudah terlebih kalau harus mengusir kuasa-kuasa roh jahat yang ada pada diri kita sendiri. Kita harus mengakui bahwa kita tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan seperti yang dimiliki Tuhan Yesus, karena kita orang berdosa sehingga kuasa roh jahat tidak dapat terusir dari hidup kita. Untuk itu kita harus menyatu dengan Tuhan Yesus supaya kita dapat memiliki kemampuan itu sebagaimana dimiliki para rasul.

“Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau, yakni yang Kudus dari Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.” (Mark.1:24-26)

Setan bahkan menyapa Yesus sebagai ‘Yang Kudus dari Allah’. Tetapi, Yesus membentaknya untuk tidak bicara. Yesus menolak kesaksian setan dan roh-roh jahat, karena kesaksian mereka tidak lahir dari kesadaran dan suka rela. Mereka mengenal siapa Yesus, tetapi mereka tidak mau hidup taat terhadap Yesus. Inilah iman ala setan, mengenal Yesus bahkan beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus; percaya pada Yesus, tetapi hidup menurut kehendak sendiri.

Pertanyaannya bagaimana bisa menyatu dengan Tuhan Yesus?  Kita harus hidup dalam pertobatan, karena dosalah yang menghalangi dan membatasi kemampuan kita.

Dengan bertobat kita menyadari dan mengakui bahwa kita manusia ciptaan-Nya yang lemah tak berdaya tanpa kuasa dan kehendak-Nya. Dengan bertobat kita mengakui bahwa hanya Tuhan lah satu-satunya kekuatan kita yang menyelamatkan dan menghidupkan. Dengan bertobat, hidup kita selalu dibaharui, sehingga hati kita semakin terbuka akan kehadiran penyelenggaraan Tuhan, dengan demikian kita semakin dapat merasakan kebersamaan/persatuan Tuhan dalam hidup kita. Di saat seperti inilah kita dapat memiliki kuasa untuk mengusir kuasa roh jahat dalam diri kita, dan sesama karena sesungguhnya Tuhan Yesus yang berkarya dalam hidup kita.

Di tengah kesibukan pelayanan, Yesus berdoa. Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah. Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah.

Dengan demikian, kita dimampukan untuk menghayati kebaikan Allah dan mewujudkannya tidak hanya berlaku di area gereja saja atau dalam bentuk ceramah/ khotbah rohani saja supaya orang bertobat, mencari jiwa-jiwa baru, tetapi saat menolong orang sakit, saat menjadi teman bagi yang ketakutan, yakni saat kita menyediakan diri bagi kebaikan mereka, kala orientasi kita   bukan pada diri sendiri, tetapi kepada kehidupan orang lain.

Adalah benar kala kebaikan-kebaikan kita bagi dan sebar luaskan kepada semua orang, dalam bentuk sikap dan perilaku hidup sesuai talenta, profesi masing-masing, itu adalah bagian dari pelaksanaan panggilan Kristiani kita sesuai bidang hidup masing-masing. Amin. *