262832_2104879394655_6945249_nTulisan ini sengaja diturunkan sebagai kenang-kenangan bagi kita semua yang sudah merasakan bantuan dari seorang koster, karyawan sekretariat gereja St.Joannes Baptista, dan pelatih sekaligus dirigen paduan suara.

Kalau kita hanya bertemu Mas Indarto seminggu sekali di gereja tentu tidak terasa bahwa pelayanannya untuk paroki ini ternyata sudah lebih dari 10 tahun. Dan sebentar lagi Mas Indarto akan mencari ‘ladang’ pekerjaan di tempat lain. Pengalaman yang baru tentu yang dicari.

Agnika (Infinita) berkesempatan ‘ngobrol’ bersama Mas Indarto untuk mengetahui suka dukanya selama pelayanannya di St.Joannes Baptista.

 

Kapan sih pertama kali bergabung menjadi sekretaris Paroki St. Joannes Baptista?

Sejak 2005, tepatnya 2 Februari 2005.

Bagaimana ceritanya waktu itu kok bisa daftar? 

Waktu itu akhir tahun 2004, saya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan karena suatu hal saya berhenti dan membantu kakak, usaha warung baso. Nah, pas lagi melayani pelanggan, ada teman yang menyampaikan kalau ada lowongan sekretariat merangkap koster di Paroki St. Joannes Baptista dengan kontak person Bp. FX. Frans Tjakardjaja sebagai wakil dewan waktu itu. Tidak menunggu lama langsung saya telpon, dan Pak Frans, yang langsung menyambut baik dan meminta saya untuk datang ke kediaman beliau di perumahan ARCO.

Dalam proses belajar jadi sekretaris paroki, siapa yg mengajari?  Apa saja yang diajari?

Waktu itu saya langsung diminta menginap di tempat Pak Frans, dan beliaulah yang mengajari saya tentang administrasi gereja. Kurang lebih satu setengah bulan saya menginap dan belajar di tempat Pak Frans mengingat keadaan gereja di Tulangkuning belum terlalu kondusif paska demo tahun 2004. Yang diajarkan untuk kesekretariatan seputar administrasi gereja bagaimana proses penerimaan  sakramen-sakramen dalam gereja. Dari pendaftaran hingga pengeluaran sertifikat dan pencatatan di buku besar paroki.

Untuk  koster, bagaimana menyiapkan misa, mengenal pakaian-pakaian untuk misa dan fungsinya, dan juga pengetahuan seputar liturgi.

Apa yang paling sulit dipelajari?

Hampir tidak ada yang sulit dipelajari. Yang sulit dipraktekkan adalah ilmu bagaimana menghadapi ribuan umat dengan bermacam-macam karakter, hehee..

Dulu background sekolahnya apa kok bisa kecemplung jadi sekretaris paroki?

Nggak ada background khusus, karena saya sekolah hanya sampai SMU, ditambah kursus-kursus komputer aja.

Selama 11 tahun ini, berarti pernah berapa kali berganti romo? Siapa saja?

Saya sudah melayani 4 romo. Yang pertama masih sempat 3 bulan dengan Romo Suyut, lalu Romo Tarno 5 tahun, Romo Gatot 1 tahun, dan Romo Simbol Gaib sampai sekarang.

Bagaimana menyesuaikan dengan karakter romo yang beda-beda? 

Ini menjadi bagian dari tantangan. Hanya saja saya selalu berprinsip untuk menjaga jarak untuk tidak terlalu dekat tapi juga tidak terlalu jauh dan biarkan hubungan antara atasan dan bawahan selalu berlaku, sehingga tidak ada rasa canggung/sungkan untuk menegur apabila ada salah.

Kalau nggak sesuai dengan karakter romonya, bagaimana cara menyikapinya?

Saya akan benar-benar memposisikan diri sebagai karyawan gereja yang bekerja sesuai aturan keparokian yang melayani umat dan juga melayani Tuhan. Saya pikir dengan begitu romo pun akan memahaminya.

Umat kan tingkahnya juga beda-beda ketika mengurus sesuatu. Sikap umat yang bagaimana sih yang bikin sering “mumet” (pusing -Red)? Hehe…

Hehe..sebenernya sih ga ada yang sampe bikin mumet Mbak, tapi memang sih tingkah umat macem-macem. Ada yang prosedural, ada yang pengennya gampang, ada yang maunya sendiri. Tapi bagi saya itu dinamika dalam pelayanan, Mbak. Kadang-kadang lucu kalau ada umat yang marah-marah dan saya ikut terbawa juga.

Selama 11 tahun ini kan juga mengikuti perkembangan paroki. Bagaimana perkembangan paroki dari tahun ke tahun?

Dari tahun ke tahun selalu ada hal baru yang dibuat oleh romo paroki. Setiap romo targetnya berbeda-beda, masing-masing mempunyai nilai positif. Memang selama 5 tahun terakhir ini ada perkembangan yang sangat terlihat dari perapian jalan dengan paving block, perapian empang, pembangunan pastoran, dll.

Apa pengalaman paling berkesan yang pernah dialami selama menjadi sekretaris paroki?

Pengalaman paling berkesan saat paduan suara Lauda Sion (LS) ulang tahun. Kebetulan ulang tahun LS bareng dengan saya dan mengundang pengurus paroki untuk mengadakan syukuran di Tulangkuning. Saat itu ternyata ada Amri (saat ini menjadi istri Indarto -Red) yang dijemput oleh teman-teman LS dari Gading Serpong. Malu, seneng, kage,t semua campur jadi satu. Haha lucu kalau ingat.

Hal apa yang paling berat ketika harus meninggalkan pekerjaan di paroki ini?

Kasih sayang yang diberikan umat dan juga pengurus DPP untuk saya pribadi dan keluarga kecil, dan juga saat-saat latihan koor dengan Lauda Sion selama 9 tahun ini.

Apa harapan Indarto ke depan secara pribadi?

Semoga muncul anak-anak muda yang mempunyai passion pelayanan khususnya dalam bidang paduan suara, karena bagi saya paduan suara yang baik dapat membawa suasana misa menjadi lebih khusuk dan menjadi daya tarik umat untuk rajin pergi ke gereja.

Apa harapan Indarto untuk paroki ini?

Harapan saya untuk paroki ini, semoga Gereja iman yang sudah terbangun selama ini semakin kokoh didukung dengan persaudaraan dan kerukunan umat yang bersinergi dengan pengurus DPP. Dan tentunya semoga cepat keluar IMB dan segera dapat membangun gereja secara fisik.

Oya, Indarto kan juga mengikuti dan terlibat dalam warta gereja dari tahun ke tahun. Bagaimana perkembangannya menurut Indarto? Apa yang masih perlu dibenahi?

Dulu dari tahun 2005, saya sendiri yang mengerjakan GEMPAR (Gema Paroki) waktu itu dengan meminta kontribusi dari beberapa umat yang mau. Kemudian mulai dibantu Ibu Elmi Rahyono. Jamannya Romo Tarno, GEMPAR diganti menjadi INFINITA. Memang setiap Seksi KOMSOS baru selalu ada perbaikan sampai saat ini. Kalau saya bahasakan, Seksi KOMSOS mengumpulkan orang-orang “terbaik” paroki ini untuk membuat warta gereja St. Joannes Baptista semakin lebih baik. Mungkin mulai dipikirkan untuk membuat buletin paroki ukuran A3/2.

Apa sih sukanya menjadi sekretaris paroki?

Punya banyak teman di paroki dan antar paroki. Punya akses yang mudah untuk ke keuskupan hehe..

Apa dukanya jadi sekretaris paroki?

Dukanya apabila ada acara keluarga hari Sabtu atau Minggu, agak susah untuk keluar karena memang gereja ramainya Sabtu, Minggu. * (Agnika/KOMSOS)

BIODATA

Nama Lengkap : Agustinus Indarto

Panggilan : Ind (Indarto)

Tempat tanggal lahir   : Wonogiri, 17 Maret 1985

Lingkungan        :  St. Lukas

Nama Istri            : Vensiana Amri Setyaningsih

Anak                     : Eugenia Kinan Tavisha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *